Pada Januari 2020 perusahaan yang berbasis di California Memphis sekarang upside foods mengumumkan rencana untuk membangun fasilitas produksi daging laboratorium di San Francisco yang didukung oleh perusahaan-perusahaan besar.
Bulan lalu sebuah perusahaan biotek Israel bernama viewcer meet meluncurkan produk yang disebut sebagai fasilitas daging budidaya skala industri pertama di dunia. Perusahaan tersebut mampu memproduksi 500 kg produk daging per hari dan akan terus meningkat hingga satu ton daging perhari.
Sebelum adanya daging laboratorium skala industri, praktik memodifikasi daging untuk konsumen telah berlangsung selama beberapa dekade. Ketika produksi hewan skala besar meledak tepat setelah perang dunia kedua. Perusahaan peternak unggas terbesar di Amerika meluncurkan program nasional dengan USB yang disebut the chicken Of Tomorrow. Dimana para petani didorong untuk membiarkan ayam dengan hasil daging yang lebih tinggi.
Sementara itu sapi juga dimodifikasi oleh petani mulai membedakan daging sapi dan sapi perah tanpa tanduk sehingga sapi bisa makan lebih adil di padang rumput dan enghasilkan ukuran sapi yang lebih seragam. Pada tahun 1950 menyetujui penggunaan hormon steroid pada sapi potong dan domba yang tidak hanya meningkatkan laju pertumbuhan hewan tapi juga efisiensinya untuk merubah pakan menjadi daging.
Perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati menghadirkan krisis eksistensial bagi umat manusia dan sistem pangan Global.
Sementara itu permintaan daging Global diperkirakan tidak akan mencukupi untuk memenuhi permintaan konsumen pada tahun 2050. Perusahaan bekerja keras untuk menemukan cara memenuhi permintaan tanpa merusak planet ini lebih jauh.
Tidak ada cukup sumberdaya di planet kita yang semakin lapar untuk memenuhi kebutuhan perut milyaran manusia Kata Devi Keke direktur komunikasi di upsidefood. Mengembangkan pasokan daging berbasis sel kata clcei berarti mampu memberi makan umat manusia dan menggunakan lebih sedikit lahan dan air sambil mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh peternakan skala besar.
Selain itu daging yang dikembangkan di laboratorium dapat diproduksi di lingkungan yang bersih dan terkendali yang dapat meminimalkan resiko kontaminasi bakteri berbahaya seperti salmonella. Produksi Bagi laboratorium ini dapat dilakukan tanpa menggunakan antibiotik atau kawanan besar hewan padat yang memiliki manfaat tambahan untuk mengurangi resiko pandemi.
Meskipun daging yang dikembangkan di laboratorium memiliki potensi untuk memberi makan jutaan dan memberi banyak manfaat bagi lingkungan. Beberapa ahli hawatir hal ini akan menghancurkan pertanian komersial yang membuat para petani gulung tikar di seluruh negeri
Daging laboratorium juga masih membutuhkan gizi atau makanan dari biji-bijian tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Namun lebih efisien dan tidak ada zat yang terbuang seiring dengan peningkatan produksi perusahaan startup seperti ABS site Musa dan lainnya aktif merekrut banyak ahli biologi dan peternakan bahkan meningkat tiga kali lipat di awal Tahun 2022 ini.
Istilah daging rekayasa laboratorium memang tergolong baru. Upaya merekayasa ini diawali oleh Profesor Max Bos akademisi dari Mas Tri University Belanda. Dia bersama beberapa ilmuwan lainnya merancang burger berbahan daging rekayasa LED pertama di dunia.
Dilansir dari birto Profesor MAC dan timnya sudah mulai membudidayakan daging rekayasa lab untuk burger sejak Mei 2013. Cara produksinya yaitu dengan mengambil sel induk seekor sapi lalu menumbuhkannya menjadi potongan-potongan otot.
Dalam satu burger terdapat 20.000 jaringan otot kultur dengan berat 140 Gram. Pada lima Agustus 2013 hasil eksperimen dipublikasikan dalam sebuah konferensi pers di London Inggris konferensi tersebut menghadirkan para kritikus makanan serta penulis buku kuliner untuk mencicipi secara langsung.
Selama proses budidaya di lab daging rekayasa lab. memproduksi emisi gas rumah kaca 96 persen lebih rendah, energi 45 persen lebih sedikit penggunaan lahan 99% lebih rendah dan penggunaan air 96 persen lebih rendah daripada daging dari peternakan konvensional.
Pada tahun 2020 Singapura menjadi negara pertama di dunia yang melegalkan penjualan daging ayam hasil rekayasa leb. Izin tersebut dikeluarkan untuk perusahaan start-up pangan asal San Francisco it just.
Sebelumnya Singapore food agency telah melakukan penelitian selama dua tahun hingga akhirnya mengeluarkan izin penjualan. Nantinya produk ayam it just akan dijual dengan Goodnight. It just sama sekali tidak memotong ayam untuk mengambil gajinya sama seperti Profesor Mak pos mereka mengambil sel-sel ayam dalam keadaan hidup sehingga tidak menyakiti.
Sel-sel tersebut kemudian dibiakkan dalam bioreaktor berkapasitas 1200 l dan dikombinasikan dengan bahan-bahan nabati. Proses tersebut berguna untuk memberikan stok nutrisi pada daging.
Proses budidaya dilab juga memungkinkan untuk mengurangi kandungan lemak jenuh pada daging. Dengan begini resiko kolesterol, stroke dan penyakit jantung lainnya bisa diminimalisir kalau mengkonsumsi daging ini.
Banyak yang beranggapan daging rekayasa lab akan menjadi sumber pangan masa depan dan menyelamatkan manusia dari kelaparan. Peternakan konvensional mengkonsumsi sumber daya pangan yang sangat tinggi terutama biji-bijian seperti jagung dan kedelai untuk produksi daging. Sehingga ada kompetisi pada penggunaan bahan pakan ternak dengan konsumsi makanan manusia.
Daging laboratorium yang efisien membutuhkan bahan pangan biji-bijian yang lebih sedikit sehingga stok biji-bijian akan bisa dialihkan untuk konsumsi manusia jauh lebih besar.